”MENGUBAH HATI ANDA MENGUBAH PIKIRAN ANDA”

Jumat, 24 Januari 2025

”MENGUBAH HATI ANDA MENGUBAH PIKIRAN ANDA”

Matius 18: 21, 22
“Kemudian datanglah Petrus dan berkata kepada Yesus: ‘Tuhan, sampai berapa kali aku harus mengampuni saudaraku jika ia berbuat dosa terhadap aku? Sampai tujuh kali? Yesus berkata kepadanya: Bukan! Aku berkata kepadamu: Bukan sampai tujuh kali, melainkan sampai tujuh puluh kali tujuh kali.’”

ADA ALASAN mengapa Yesus menyuruh Petrus mengampuni sebanyak 490 kali. Otak manusia adalah organisme yang kompleks, dengan banyak koneksi sadar dan tidak sadar. Namun, pengampunan adalah katalisator yang menghilangkan koneksi-koneksi negatif. Berikut ini contohnya:

Rebecca menikah dengan pria yang memiliki sisi gelap—dia terjerat pornografi dan dalam perjalanannya ke kota-kota lain dia pergi kepada pelacur.
Lalu kemudian, dia meninggalkan Rebecca demi wanita lain. Rebecca merasa terhina dan marah. Hanya melihat mantan suaminya yang datang menemui anak-anaknya saja sudah membuat adrenalin mengalir melalui sistemnya, menyebabkan kecepatan jantung dan pernapasannya meningkat. Apa saja akan mengingatkan dia tentang mantan suaminya, seperti mobil atau bahkan orang tua mantan suaminya pun meninggalkan reaksi yang sama.

Mengapa ini terjadi? Neuron yang mengingat mantan suaminya terus-menerus berhubungan dengan neuron noradrenalin, jadi apa pun itu yang mengingatkan pada mantan suaminya menyebabkan dia secara tidak sadar melepaskan noradrenalin. Selama masih ada keterkaitan ini, pengampunan tidak mungkin dilakukan. Itulah sebabnya doa pertama Rebecca penuh dengan dendam: “Tuhan, berikan kepada mantan suamiku apa yang pantas dia dapatkan.”

Kemudian dia menyadari bahwa roh tak kenal ampun ini membuatnya merasa lebih buruk. Dia tidak bisa memutuskan hubungan antara neuron yang mengingat mantan suami dan neuron noradrenalin. Seperti yang Paulus tulis kepada jemaat di Roma, ”Kebenaran melalui perbuatan tidak berhasil sama sekali!” (Galatia 2: 21 ). Dan dalam Yesaya 64: 6 kita diingatkan bahwa ”segala kesalehan kita bagaikan kain kotor.”

Karena itu Rebecca mengubah doanya dan meminta Tuhan memberinya hati yang mengampuni. Segera dia menjalani ”transplantasi hati”. Koneksi dari neuronnya yang mengingat mantan suaminya dialihkan ke neuron endorfin yang memberinya ketenangan pikiran. Perubahan dalam hatinya mengubah pikirannya! Dia tidak melupakan apa yang telah dilakukan suaminya padanya, namun perasaan pahitnya hilang. Dan dengan itu, proses pengampunan pun sempurna.

C.S. Lewis menuliskan seperti ini: “Menjadi seorang Kristen berarti mengampuni yang tidak dapat diampuni, karena Allah telah mengampuni apa yang tidak dapat diampuni dalam diri Anda.”

Jika Tuhan kita yang pengasih bersedia mengampuni kesalahan kita untuk membawa kesembuhan, bukankah kita sebagai anak-anak-Nya juga harus berbuat demikian terhadap orang-orang yang telah bersalah kepada kita?

Author:

© 2025 GMAHK Bendungan Hilir