Podcast by AWR Indonesia – Radio Advent Suara Pengharapan

JUMAT, 09 Februari 2024
Pendalaman
Bacalah Ellen G. White, “Ucapan-Ucapan Berbahagia,” hlm. 15-18, dalam Khotbah di Atas Bukit.
Kitab Mazmur adalah protes terhadap ketidakpedulian manusia terhadap ketidakadilan; itu adalah penolakan untuk menerima kejahatan. Kitab Mazmur dimotivasi, bukan oleh keinginan untuk balas dendam melainkan oleh semangat untuk memuliakan nama Allah. Oleh karena itu, sepatutnya orang benar bersukacita ketika mereka melihat pembalasan Tuhan atas kejahatan, karena dengan cara ini nama Tuhan dan keadilan-Nya dipulihkan di dunia (Mzm. 58:11,12). Mazmur mewajibkan orang untuk mengangkat suara mereka melawan kejahatan dan mencari kedatangan kerajaan Allah dalam kepenuhannya. Dalam kitab Mazmur, kita diberikan jaminan akan penghiburan dan pembebasan Ilahi. Tuhan akan bangkit!
“Jika karena Aku, kamu dicela dan dianiaya”, kata Yesus, “berbahagialah kamu.” Dan Dia tunjukkan kepada para pendengar-Nya para nabi yang telah berbicara dalam nama Tuhan, sebagai ‘teladan penderitaan dan kesabaran.’ Yakobus 5: 10. Habel, orang Kristen pertama dari anak-anak Adam, mati syahid. Henokh berjalan dengan Allah, dan dunia tidak mengenalnya. Nuh diejek sebagai seorang fanatik dan seorang yang membuat gelisah. Ada pula yang diejek dan didera, bahkan yang dibelenggu dan dipenjarakan. Orang-orang lain membiarkan dirinya disiksa dan tidak mau menerima pembebasan, supaya mereka beroleh kebangkitan yang lebih baik. Ibrani 11: 36, 35 “–Ellen G. White, Khotbah di Atas Bukit, hlm. 43.
Pertanyaan-Pertanyaan untuk Diskusi:
1. Karena realisasi yang menyakitkan dari kejahatan di dunia dapat membuat orang bertanya-tanya apakah Tuhan benar-benar memerintah, bagaimanakah kita dapat menumbuhkan iman yang tak tergoyahkan yang akan berdiri teguh bahkan di bawah pencobaan? Artinya, apa yang harus kita fokuskan untuk mempertahankan iman kita pada kasih dan kebaikan serta kuasa Tuhan? Apakah yang seharusnya salib katakan kepada kita tentang Allah dan karakter-Nya?
2. Mengapa penting untuk tidak mengandalkan sarana manusia (pemimpin, lembaga, dan gerakan sosial) sebagai hikmat dan solusi tertinggi untuk keadilan di dunia tetapi hanya mengandalkan Firman dan penghakiman Allah?
3. Apakah implikasi praktis dari kebenaran bahwa Bait Suci adalah tempat penghakiman Ilahi? Bagaimanakah kita dapat memahami bahasa kasar dari beberapa mazmur?
4. Bagaimanakah bahasa itu membantu kita berhubungan dengan kemanusiaan dari mereka yang menulisnya?