”RACIKAN GILA”

Sabat, 25 Januari 2025

”RACIKAN GILA”

Lukas 22: 14, 15
“Ketika tiba saatnya, Yesus duduk makan bersama-sama dengan rasul-rasul-Nya. KataNya kepada mereka: ‘Aku sangat rindu makan Paskah ini bersama-sama dengan kamu, sebelum Aku menderita.’”

RACIKAN KOKAINA YANG KERAS DIBUAT dengan memanaskan ramuan kokaina yaitu hidroklorida, soda kue, dan air. Penguapan kemudian menyisakan sedikit batu. Ketika batu ini dihirup oleh seseorang, dalam waktu delapan detik, 80 persen kokain masuk ke dalam otak, menyebabkan otak melepaskan dopamin, hormon kesenangan. Hal ini menyebabkan sakau yang kuat yang bertahan selama satu atau dua menit.

Setelah mengalami sakau yang pertama, 60 hingga 80 persen penggunanya menjadi kecanduan. Dalam beberapa jam mereka kembali untuk mendapatkan dosis berikutnya. Ketika mereka mencoba sakau yang kedua kali, mereka tidak dapat mencapai tingkat yang pertama karena otak mereka hanya memiliki lebih sedikit dopamin yang dilepaskan. Jadi mereka mencoba lebih banyak obat dan mendapat lebih sedikit rangsangan, yang akhirnya berujung pada depresi. Karena kegagalan sakau racikan ini sangat menyakitkan, para pecandu menggunakan obat-obatan lain untuk menghentikannya, seperti ganja, alkohol, atau heroin. Pecandu menjadi sakau karena apa pun yang akan mengingatkan mereka–uang, perhiasan–dan mereka harus mendapatkan apa yang membuat mereka ketagihan, bahkan jika itu berarti membunuh seseorang.

Apa yang bisa dilakukan? Dr. David F. Allen, seorang psikiater yang seumur hidupnya telah mempelajari perilaku pengguna obat-obatan terlarang, melihat bahwa pendekatan rohani memang harapan terbesar untuk membantu para pecandu. Dia menggunakan cara perjamuan terakhir Tuhan bersama murid-murid-Nya sebagai modelnya.

Komponen pertama haruslah kasih. Yesus berkata, ”Aku sangat mengasihimu.” Jika kita ingin membantu, kita harus membuka diri untuk menjadi sarana kasih Tuhan. Kedua, Yesus mempunyai waktu persekutuan dengan murid-muridNya. Ini membutuhkan waktu, namun kita harus memenuhi kebutuhan makanan para pecandu; makanlah bersama mereka dan mendengarkan mereka.

Ketiga, kita sudah harus menduga akan adanya perlawanan. Yudas menolak kasih Yesus, tetapi itu tidak menghentikan Yesus dari misi-Nya. Kita tidak boleh berkecil hati. Keempat, Yesus menanggalkan jubah-Nya dan melakukan pekerjaan seorang hamba. Kita tidak boleh bersikap “saya lebih baik dari Anda.” Kelima, kesederhanaan. Tuhan kita mengambil baskom air, yaitu sesuatu yang sangat sederhana. Program-program untuk itu tidak harus mahal dan rumit untuk menjadi efektif.

Keenam, melayani. Yesus membasuh kaki murid-murid-Nya–termasuk kaki Yudas. Mungkinkah ujian sebenarnya dari kuasa kesembuhan Tuhan adalah ketika kita bisa membasuh kaki mereka yang berniat menghancurkan kita?

Ketujuh, transenden. Hal ini sederhananya berarti, meskipun ada masalah yang dahsyat, namun, Tuhan tetap berkuasa–dan jika Tuhan di pihak kita, siapa yang dapat menjadi lawan kita?

Author:

© 2025 GMAHK Bendungan Hilir