Rabu, 15 Jan 2025
SISI LAIN DARl KEKERASAN
“Demikianlah akan binasa segala musuh-Mu, ya TUHAN! Tetapi orang yang mengasihi-Nya bagaikan matahari terbit dalam kemegahannya.” ~Hakim-Hakim 5: 31.
DALAM SALAH SATU proyek komitmen membaca Alkitab, kita akan sampai di Kitab Hakim-Hakim. Pada saat itu tiba, perhatikanlah kejeniusan para penulis Alkitab yang menyingkat lebih dari 2.000 tahun sejarah menjadi sekitar 200 halaman. Kita sampai pada Hakim-Hakim 4 dan menemukan gambaran yang jelas tentang peristiwa penyerangan yang dipimpin oleh Debora, nabiah dan hakim Israel. Sekali pasukan musuh berhasil dikalahkan, cerita berakhir seperti berita pukul 06.00: Sisera, jenderal yang melarikan diri, menerima keramahtamahan Yael, yang memberinya susu untuk diminum; kemudian saat dia tidur, Yael memukulkan patok ke kepalanya “maka matilah orang itu” (Hakim-Hakim 4: 21 ).
Lalu kita beralih ke Hakim-Hakim 5. Apa yang terjadi dengan tempo cerita buku tersebut? Debora telah membuat lagu tentang pertempuran tersebut, dan itu dimasukkan ke dalam catatan Alkitab—kisah yang sama terulang kembali. Mengapa?
Hakim-Hakim 5 terbaca seperti nada untuk film dokumenter. Bayangkan seorang sutradara menciptakan adegan pembuka—orang-orang bepergian dengan ketakutan karena musuh menyergap di jalan: “Dalam zaman Yael, kafilah tidak ada lagi dan orang-orang yang dalam perjalanan terpaksa menempuh jalan yang berbelit-belit” (Hakim-Hakim 5: 6). Bagi Israel, rekapitulasi datang dalam sebuah lagu yang puncaknya musuh dikalahkan. Namun pada akhirnya kita mendeteksi suatu fitur baru: Debora menciptakan adegan yang belum pernah dia saksikan, namun bisa dibayangkan dengan hati seorang ibu.
Di rumah Sisera, jenderal musuh, ibunya pasti sudah menunggu untuk kedatangan putranya. Debora bernyanyi: “Dari jendela ibu Sisera menjenguk dan berseru dari tingkap: “Mengapa keretanya tak kunjung datang? Mengapa kereta-keretanya belum kedengaran?” (ayat 28).
Para putri menjawab: “Bukankah mereka mendapat jarahan dan membagi-baginya, gadis seorang dua untuk setiap orang jarahan kain berwarna sehelai dua untuk Sisera, jarahan kain sulaman aneka warna sehelai dua untuk leherku ?” (ayat 30).
Ini bukanlah produksi amatiran. Debora tahu karakternya. Kita telah menjelajah melalui pandangannya. Penceritaan kembali ini layak untuk mendapat jeda dalam catatan Alkitab, seperti yang diingatkan Debora kepada kita tentang sisi lain dari kekerasan.
Saat Anda mendengar berita-berita pada hari ini, berhentilah sejenak dan pikirkan kembali rasa sakit hati mereka yang kehilangan orang-orang terkasih karena kekerasan—meskipun mereka mungkin adalah “musuh”!